Tayangan di televisi yang heboh sejak siang tadi, dimana salah satu capres menolak hasil keputusan KPU yang bahkan belum diumumkan, buat gue teringat pada salah satu teman masa kecil gue.
Dulu kita sering main bareng, apapun itu. Dari main kartu yang ditepuk, main teprok gunung, atau apapun. Beberapa kali dia tertinggal jauh oleh gue ataupun teman yang lainnya. Dan ketika dia telah merasa bahwa tak mungkin ia mengejar ketinggalan dan sudah pasti kalah, dia pasti tak mau meneruskan permainan.
Iya, hampir selalu begitu. Entah dia bilang malas melanjutkan, capek, ada yang curang, atau sudah dipanggil ibunya pulang ke rumah.
Alasannya macam2.
Semua itu hanya karna ia tak ingin lable sebagai orang yang kalah menempel di dahinya.
Gue emang belum jadi orang tua, tapi gue pernah bergelut dalam dunia pendidikan anak sekitar 2 tahun. Dan
buat gue menyimpulkan,
Dulu kita sering main bareng, apapun itu. Dari main kartu yang ditepuk, main teprok gunung, atau apapun. Beberapa kali dia tertinggal jauh oleh gue ataupun teman yang lainnya. Dan ketika dia telah merasa bahwa tak mungkin ia mengejar ketinggalan dan sudah pasti kalah, dia pasti tak mau meneruskan permainan.
Iya, hampir selalu begitu. Entah dia bilang malas melanjutkan, capek, ada yang curang, atau sudah dipanggil ibunya pulang ke rumah.
Alasannya macam2.
Semua itu hanya karna ia tak ingin lable sebagai orang yang kalah menempel di dahinya.
Gue emang belum jadi orang tua, tapi gue pernah bergelut dalam dunia pendidikan anak sekitar 2 tahun. Dan
buat gue menyimpulkan,